MOTHER..How Are You Today...

18 Oktober 2006
Sharing ini saya tulis sampai tengah malam, semangat sekali nulisnya.

Ada beberapa puluh tahun hidup saya yang episodenya adalah episode kesusahan, namun perasaan itu justru sekarang menjadi bekal bagi saya untuk berani berusaha…saya berharap titik nadir kesusahan dalam hidup saya sudah berlalu dimasa yang silam…Sedikit saya mau sharing…(atau malah kebanyakan ya..)

Mmmm...diantara pembaca apakah ada Ibu atau wanita yang masih berusia 24tahun..?

Dahulu Ibu saya di usia 24 sudah mempunya 4 anak.!
Kakak saya, saya ,adik perempuan dan Yoyok yang terakhir.
Usia muda gitu kok sudah punya anak empat..? ya..karena Ibu menikah dengan bapak di usia 16 tahun, dan usia ayah saya ketika menikah dengan ibu 52 tahun..! heheh..ada yang lucu..?

Di usia 24 itu ibu mendapat cobaan besar yakni ditinggal selamanya oleh bapak saya, dan saya waktu itu masih kelas 1 SD dan kakak saya kelas 2SD.

Predikat ibu saya yang waktu itu masih cantik itu, kalau sekarang disebut ”Jamu” alias janda muda...dengan 4 anak! Naudzubillah mindzalik..ya Allah...semoga predikat itu tidak akan pernah menimpa anda...

Sejak ditinggal ayah saya, Ibu saya yang 100% ibu rumah tangga itu dipaksa untuk survival...dan dari sinilah "the sad story begin.."

Ayah saya adalah pedagang garmen di pasar-pasar tradisional.
Ingat pedagang tasik yang ke Tanah Abang hari Senin & Kamis pagi...?
Itulah yang dilakoni ayah saya, tapi kalau dikampung bukan Senin-Kamis tapi ritmenya mengikuti pasaran jawa.Tahu kan..?

Ada pasaran Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing, dan balik ke Pon lagi..tahu..?
  • Pasaran Legi Bapak berdagang di pasar Karangkobar, pasar yang jaraknya hanya 500m dari rumah.
  • Pahing di pasar Batur (deket pegunungan Dieng) sekitar 20km dari Rumah
  • Pon di Karangkobar atau di Sibebek (sebuah pasar kecil di pucuk gunung juga) sekitar 8km tapi jalannya ampun..naik terus sampai mobil sering enggak kuat jalan..
  • Wage di Pasar kecamatan Pejawaran sekitar 12km dari rumah
  • Kliwon di pasar Kecamtan Kalibening (sekitar 22km)
dan berulang lagi ke Legi..begitu seterusnya...semua pasar itu ada di Kabupaten Banjarnegara, dan kami sendiri tinggal di Kecamatan Karangkobar.

Jarak pasar-pasar itu saling berjauhan dan musti ditempuh pagi hari dari subuh dan jam 06.30 baru sampai di pasar. Kendaraan yang dipakai adalah mobil bak terbuka.
Dibawah mengangkat barang dagangan dan diatas bertumpuk-tumpuk penumpang.

Ingat malam atau dinihari para pedagang sayur belanja di pasar induk? Ya kira-kira seperti itu, mereka duduk berselimut sarung atau kain, duduk diatas sayur dagangannya diatas mobil-mobil bak-bak terbuka...

Itulah pemandangan pagi hari yang saya selalu lihat...dan sore menjelang ashar atau kadang maghrib mereka pulang seperti pasukan habis perang...anak-anaknya menunggu di pinggir jalan menunggu oleh-oleh dan tidak pernah tahu apakah dagangan orang tuanya laris atau sepi...

Daerah kami adalah pegunungan yang cukup tinggi dan pagi-pagi ketika orang tua kami berangkat ke pasar suhu udara mungkin sekitar 12-16 derajat, berkabut dan hujan lebih seiring muncul daripada terang.

Saya ingat kalu pagi hari setiap bernapas kita seperti merokok...karena saking dinginnya dan dari mulut kita setiap menghembuskan nafas selalu keluar asap...
Kabut seringkali turun dan matahari baru terasa hangat kalau sudah jam 9 pagi, nanti jam 2 sore matahari hilang karena kabut sudah turun lagi...bener2 seperti negeri di awan.

Ibu saya yang pengetahuan berdagangnya 0 besar, seorang Ibu Rumah Tangga tulen, dipaksa oleh keadaan untuk melanjutkan usaha bapak saya berdagang keliling seperti itu setiap hari , dari pagi buta sampai sore, dan hanya libur kalau sakit atau tepat hari H saat Iedul Fitri tiba..!

Karena bebannya berat, menanggung 4 anak, ikut pula dalam keluarga kami embah-embah dari Ibu, dan juga adik-adik kandung Ibu yang numpang hidup juga, jadi berapapun hasil dagangan ibu setiap hari, untuk makan sehari-hari saja pas-pasan, hingga akhirnya dagangan ibu bener-bener habis. Bila dagangan laku semua, tetap tidak akan bisa menutup hutang-hutang Ibu..

Alhamdulillah...berkat belas kasihan para juragan-juragan teman baik almarhum Ayah, ibu bisa terus berjualan...

Apabila lebaran tiba, dagangan ibu habis tapi utang masih banyak.....

Kondisi itu diperparah ketika saya SMA ibu terkena penyakit asma..yang hampir tiap bulan dipastikan 1 sampai 2 kali harus opname...karena sesak nafas...Penderitaan batin ibu merambat keluar menjadi penderitaan fisik...

Untuk makan sehari-hari jarang sekali kami makan nasi beras.

Beras menurut kami sesuatu yang mahal..makanan pokok kami nasi jagung...(ada yang pernah makan..?) dan lauknya sayur-sayuran dari kebun kecil kami dan ditambah ikan asin atau tempe yang dibakar..karena kami jarang punya minyak goreng.

Ketika saya SD, sekitar tahun 80an belum ada listrik di desa kami dan TV pun sangat jarang sehingga rumah kami hanya mengandalkan cahaya dari lampu kecil, kaleng diisi minyak tanah dan ada sumbunya, sedangkan Untuk orang yang kaya pakai lampu petromak atau minimal lampu templok.

Kalau malam takbiran datang saya sangat senang, karena terbayang entar malam pasti akan dapat zakat fitrah..., dan untuk menunggu pembagian zakat fitrah itu saya selalu tidur di musholla....menunggu setoran zakat selesai, dan uang-uang di masukan ke kantong-kantong plastik kecil, dan saya bisa langsung dapat 1 kantong berisi uang kertas warna biru dan recehan-recehan bergambar garuda..

Pagi hari bangun tidur setelah shalat subuh, pulang dan zakat saya serahkan pada ibu, dan tangisan sedih sudah terbiasa kami dengarkan dari ibu setiap pagi di hari Raya Iedul Fitri...sehingga habis sholat kami takut untuk bersalaman dengan ibu, karena ledakan tangisannya bener meremas hati kami dan air matanya mengalir membasahi ubun-ubun kami...

Mungkin ibu sedih melihat kondisi anak-anaknya..dan beliau sangat tidak berdaya....

Sebenernya ibuku cukup cantik dan kalau beliau mau , pinangan demi pinangan datang namun tidak pernah ada yang diterima, mungkin takut kalau kami anak2nya akan lebih terlantar...

Menurut cerita ibu ada kondisi beban yang bener-bener berat, hingga beliau terpikir ingin bunuh diri dengan sekaligus membawa empat anak-anaknya...naudzubilah mindzalik...Allah maha penyayang...

Sering di tengah-tengah ketika berdagang di pasar, yang umunya sepi karena dagangan Ibu hanya sedikit, Ibu menangis...dan orang-orang iba melihatnya, namun ada pula yang jahat, memanfaatkan kondisi itu untuk berbuat jahat mencuri beberapa lusin dagangan ibu...selusin dagangn bisa diambil orang tanpa ibu ketahui...transaksi tidak ada malah barang banyak hilang....

Kondisi yang demikian membuat hubungan kami berempat dengan Ibu terasa sangat dekat.
Bahkan antara saya dengan Ibu seperti ada telepati hingga sampai sekarang.

Pernah ketika kuliah saya sering pulang kampung tidak menuju kerumah, tapi langsung kerumah sakit karena yakni ibu sedang opname..dan benar...itu terjadi berulang kali...dan jaman dulu belum ada HP sama sekali..lha wong telepon rumah saja yang ada baru di pusat-pusat kota.

Hingga kini pun kami kadang masih mempunyai telepati seperti itu, ibuku seperti tahu ketika saya sedang sedih atau sakit dan demikian pula sebaliknya...

Kalau saya telepon, dan ibu baru berkata ”Halo..” maka cukup dengan 1 kata saja saya bisa tahu kondisi ibu.
Saya kadang langsung tanya ”Ibu sakit sejak kapan..” dan suara diseberang sana tertawa sambil berkata ”kok kamu tahu..?”
Meski beliau kadang berbohong bahwa tidak sakit tapi dalam hati saya tahu beliau sedang sedih atau sakit....

Dari ditinggal ayah sampai saya selesai kuliah Ibu tetap bertahan "Single Parent" dan spot-spot cerita-cerita sedih terus bergulir silih berganti yang kalau saya ceritakan dengan gaya tulisan saya tidak akan kurang dari 100 halaman kisah sedih akan muncul...

Banyak miracle-miracle terjadi pada kami, sampai kakak saya bisa sekolah dan jadi Doktor do Tokyo University , saya kuliah S1 UGM , adik saya kulaih S1 UGM juga adalah contoh beberapa miracle2nya...

Dari ke-4 anak, hanya satu yang sampai SMA, yakni adik kandung saya langsung namanya Dik Yati. Dan adik inilah yang saya juluki "The Hero" karena setiap Ibu saya Opname di rumah sakit adik saya inilah yang menggantikan posisi Ibu jualan di Pasar, sejak dia masih SMP..! Nanti pendapatan selama berjualan dikumpulkan dan buat bayar rumah sakit Ibu...adik saya ini juga pinter sebenernya...karena meski sebulan bisa bolos sampai 10 hari, tapi di SMA tetap mendapat ranking, dan malah dapat PMDK di IKIP Yogyakarta, tapi tidak diambil, karena milih membantu Ibu,

"Biar kakak-kakak saja yang kuliah dan cepet selesai, saya bantu ibu saja deh.." katanya..dan saya sering sesak hingga saat ini kalau teringat perkataan Yati adik saya yang wanita satu-satunya ini.

Pada saat kuliah kondisi saya sangat memprihatinkan, uang saku sangat kecil sehingga untuk makan saja saya atur hanya 2kali sehari, dan saya makan biasanya jam tanggung, makan pagi jam 9 dan makan malam jam 5 sore...itupun saya sering masak nasi sendiri.

Masak nasinya saya bikin ketupat, dan lauknya kerupuk kadang indomie kadang hanya kerupuk saja...sehingga sampai sekarang beberapa temen sekampung saya sering nggodain ”enak ya..sekarang sudah nggak makan ketupat sama kerupuk lagi...hehehe”

Sehingga tidak heran ketika kuliah saya cukup rajin puasa senin kamis...

Kondisi saya yang susah itu pernah dimanfaatkan oleh kakak kelas senior saya yang ”nakal-nakal” untuk mencari uang dengan jalan pintas...

Mau tahu apa itu..? Saya pernah jadi joki UMPTN..!

3x saya pernah jadi joki dan ketiga-tiganya lolos di sekolah ternama dan jurusan favorit..!
Tapi ya itu..saya hanya dapat bagian kecil dan yang gede ya mereka kakak-kakak kelas saya yang ”nakal-nakal” itu..hehehe...

Astaghfirullah...jahat ya...semoga saya dan orang yang saya joki-in itu di ampuni Allah...

Tapi mudah-mudahn itu menjadi perhatian bagi para ahli di perguruan tinggi sekarang..dan saya yakin sekarangpun celah untuk itu tetap ada meski serapi apapun upaya mereka, saya bertaruh mungkin saat ini saya tetap masih bisa menembus, dan posisi saya aman 99.9%...anda pengin tahu caranya....enggak ah..enggak akan saya kasih tahu.....hehehe..kecuali kalo anda seorang yang tugasnya mengawasi testing di perguruan tinggi...

Alhamdulillah di tahun ketiga saya dapat beasiswa dari Mobil Oil Company..dan pelan-pelan nasib saya berubah...apalagi kakak saya juga lulus IPB, dan pelan-pelan juga ekonomi keluarga agak enteng...ini mukjijat dari Allah...

Menjelang saya lulus kuliah, Ibu di lamar oleh pria yang menduda karena istrinya meninggal. Sang istri yang merupakan sahabat baik Ibu dan saya anggap sudah seperti saudara kami meninggal. Pria itu menjadi duda dengan 4 orang anak yang juga secara materi pas-pasan..tapi saya ingin agar ibu tetap menerima pinangan itu karena kelak ibu pasti kesepian anak-anaknya akan merantau mencari kerja...

Di usia 45 lebih, ibuku akhirnya menikah lagi....sampai sekarang...perjuangan ibu belum selesai karena harus ikut membesarkan anak-anak bawaan bapak tiri saya...

”Nggak apa-apa..ini adalah ladang amal bagi saya...” kata ibu.

Begitulah..tahun-tahun pertama saya bekerja, hasilnya kami kirimkan kepada ibu untuk bayar hutang-hutang..itu berajalan hingga awal-awal pernikahan kami tahun 1997, sebagian gaji saya masih sering saya kirimkan untuk meringankan beban di rumah Alhamdulillah saya mendapat istri yang sangat penyabar dan mengerti kondisi kami.....

Alhamdulillah..kini kondisi ekonomi ibu sudah baik dan dengan bapak tiri kami beliau sudah bisa menunaikan Ibadah haji..hal yang sebelumnya sangat mustahil..bahkan mimpipun tidak...

Saya berpesan kepada anda pembaca...

Berbaktilah secara totalitas kepada ibu anda...maka ”salah satu hal kecil” yang akan anda dapatkan adalah, Insya Allah anda akan di mudahkan dalam berusaha/berbisnis.....

Menelepon Ibu di kampung dan melaporkan perkembangan usaha sambil minta doa restu rutin saya lakukan minimal seminggu sekali, dan untuk ramadhan ini bahkan hampir tiap 2 hari sekali kadang malah sehari 2x...

Pembaca..seandainya anda sehat wal afiat, tapi tiba-tiba ada tawaran dari seorang dokter ahli bedah ”Maukah Anda saya jadikan kelinci percobaan, saya akan membedah anda, dan saya akan beri anda semilyar..tapi saya tidak menjamin ini berhasil atau tidak, dan kalau gagal resikonya anda akan mati..”
Apa anda berani..? ada yang berani ada yang nggak....tapi pasti banyak enggaknya kan..?

Kalau tawaran dokter itu gratis, alias anda enggak dibayar sama sekali, namun dengan resiko yang sama bagaimana..?

Lebih nggak berani kan..?

Tapi tahukan anda, ada orang yang sangat pemerani dan tanpa pikir panjang berani mengambil resiko itu, meski gratis, bahkan kadang masih harus membayar mahal dengan penderitaan-penderitaan lainnya yang sambung-menyambung.....siapa orang sang pemberani itu..?

Dialah Ibu anda, yakni ketika mengandung dan melahirkan anda....sesungguhnya seandainya pun seluruh harta bahkan nyawa kita, diserahkan untuk menebus perjuangan ibu, itu belumlah lunas...

Demi untuk anda beliau berani menempuh resiko dengan taruhan nyawanya...

Itulah ”setetes” dari segelas cerita sedih kami di masa lalu...
Apa rekan-rekan ada yang punya kisah lebih menyedihkan lagi...tidak ada salahnya anda sharingkan juga agar makin bisa dijadikan pendorong bagi keberanian anda dalam berusaha...

Berkaca dari perjuangan ibu, Demi ibadah pula seharusnya kita tidak takut untuk memulai segala sesuatu yang sebelumnya kita takuti..termasuk ketakutan untuk berubah menuju kondisi yang lebih baik..kondisi yang seperti mimpi-mimpi kita......

Salam Hangat

Hadi kuntoro

www.hadikuntoro.blogspot.com

8 komentar:

Abi & Umi Zain mengatakan...

DEGG....Daleeemm seddiih seddihh sediihh....tanpa di komando ada yang netes2 di pipi hix hix...tiba2 ingin pulang dan meluk mamah :((...i luv u mom..

Terima kasih Pak Hadi...

Unknown mengatakan...

Masya Allah, Sedih sekali. Tapi itu mungkin Rahasi Allah sehingga Pak Hadi Dan saudara2 pak HAdi menjadi lebih Tangguh. Sekaligus menjadi nasehat untuk saya... Jadi teringat lirik lagu Iwan Fals Ibu, Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang untuk aku anakmu, Ibuku sayang masih terus berjalan walau Tapak Kaki penuh Darah Penuh Nanah...
Terimakasih Ibu

tas laundry mengatakan...

alhamdulillah pak Hadi mengingatkan saya. ternyata cerita masa kecil saya tidak seberapa dibandingkan dg penderitaan pak hadi sekel. semoga cerita ini dapat diambil hikmahnya. karena itu "Berbaktilah secara totalitas kepada ibu anda...maka ”salah satu hal kecil” yang akan anda dapatkan adalah, Insya Allah anda akan di mudahkan dalam berusaha/berbisnis....." Apapun yang dilakukan seorang ibu, berbaktilah secara total dan penuh keikhlasan, bagaimanapun juga ibu adalah manusia yang berjuang melahirkan kita tanpa dibayar dengan sepeserpun.

ary putri

Anonim mengatakan...

Masya alloh bener2 Luar biasa...
Walu sempat makan gogi' ( Pakan bebek ) tapi gak sampai lama kayak mas Hadi....
Wah Tambah semnagat saya..

Suwun Mas.

sonie mengatakan...

Tulisan anda luar biasa.....
mengingatkhan saya untuk selalu berbakti pada orang tua terutama ibu.

terima kasih

sonie

Unknown mengatakan...

sungguh pengalaman hidup yang luar biasa. akan selalu menjadi inspirasi bagi yang membaca...

azzepblog mengatakan...

Assalamu'alaikum

Pak Hadi..

Sungguh luar biasa...saya terharu dengan cerita bapak..
Semoga Bapak makin sukses yah..

abdurrahman mengatakan...

salut dengan perjuangan hidup pak hadi, ibu & keluarga..


barokalloh lakum