TERBUKTI BAHWA MODAL BUKAN FAKTOR UTAMA MEMULAI BISNIS

Mindset yang berbeda akan akan mengubah kita untuk ngobrol dengan cara yang berbeda, meskipun itu dengan teman lama kita.

Saya punya teman yang sudah cukup lama bergaul dengan saya.

Posisi saya yang menjadi buruh pabrik dan posisi dia yang menjadi pengusaha suplier peralatan dan mesin-mesin membuat obrolan kita setiap kali bertemu hanya seputar dunia permesinan, dan dunia perburuhan.

Sejak dulu saya yang tidak begitu tertarik dunia bisnis dan ya tidak pernah bertanya seputar peluang2 bisnis apa yang bisa saya garap, atau yang bisa dia berikan kepada saya, atau yang bisa kita garap bersama-sama..

Bahkan karena mindset saya bener2 mindset buruh maka ketika dia mengeluh bahwa SDM kurang bagus di masalah controlling masalah Warehouse, ya saya bantu dengan sukarela tanpa tarif, meskipun akhirnya dia memberikan fee kepada saya, namun saya anggap itu bukan peluang.

Shohib yang Chinese ini bener2 merupakan temen yang supel, dan sering kami ngobrol berjam-jam hanya untuk bicara masalah sehari-hari saja, kadang diskusi masalah agama, dan kadang masalah politik, meskipun kami sebenernya termasuk orang yang bukan ahlinya pada masalah2 itu, maka diskusi2 kami tidak lebih daripada diskusi debat kusir belaka….hehehe

Sering kita diskusi mengenai Tuhannya yang berasal dari China sana, juga Agama saya, dan ujung2nya gak jelas sama sekali, saling mengejek dll tapi abis itu sudah…

Tapi ada sisi yang cukup membuat saya senang, kalau dia sedang bermain denganku di akhir pekan, maka dipastikan akhir pekannya itu adalah akhir pekan yang baik…karena dia nggak akan minum-munuman keras nggak ke diskotik atau panti pijat…hal yang lumrah menurut dia kalau tidak sedang bersama saya.

Makanya saya sering dijuluki “Anggota FPI” oleh dia..(FPI=Front Pembela Islam).

Kalau akhir pekan temennya dia main dengan saya nongkrong kafe misalnya, maka temen2nya yang haluan kiri jarang ada yang mendekat, paling2 SMS..”Jangan mabuk ya..ada FPI disitu” hehe..kurang ajar…

Tidak terasa pertemanan kami sudah berjalan hampir 10 tahunan, dan dia tertawa lebar ketika saya ceritakan bahwa saya sekarang mulai bisnis, dan bisnis saya garment.

Seperti biasa dia dengan habis2an akan melecehkan aku, dan aku dengan habis2an membela diri..tapi lama2 setelah saya dengan antusias sering cerita kepada dia seputar langkah2 dan planning2 yang akan saya lakukan diapun mendengarkan dengan antusias.

Seperti obrolan saya di bawah ini pada suatu akhir pekan.

“Kalau you pengin serius di garment gampang, you maunya main seperti apa nanti saya carikan di China, saya punya banyak kenalan disana” katanya dengan antusias.

Saya tersenyum kecut mendengar tawarannya….kelihatannya gampang tapi nggak mudah.

Aku maklum dengan posisinya sekarang yang bisnisnya tradding antar negara bisa dengan mudah dia mewujudkan impiannya itu, karena di permesinan sekarang ini dia sudah biasa mengimpor barang dari jepang,taiwan,china,amerika bahkan sampai Israel.

“Aku kan pemain pemula..pembelajaranku cukup lokal2 saja, dan tradding antar negaranya cukup lewat hand carry para TKW saja dulu..”kataku pede..

“Ah elo emang payah….tapi oke, saya bisa bantu apa..?” kata temenku.

“Bantu aku modal 30juta, nanti kamu dapat sharing profit..” aku mengetes keseriusannya.

“Oke lu gak usah mikirin sharing profitnya, aku beri 30juta dan akan aku ambil setelah diatas 2 tahun, catatan pembukuan,laporan dsb terserah, aku mau liat coba seperti apa sih hasilnya..?”

Dari obrolan sore hari bulan Juli 2006 itulah modal pertama dari Investor luar muncul.

Efek dari investasi dia itulah yang akhirnya menarik orang2 lain invest ditempat kita, termasuk lembaga keuangan Batul Mal yang ada di kampungku.

Pada saat bertemu temen2 dari Baitulmal negosiasi kami sangat sederhana

“Saya punya peluang bisnis bagus dan mau pinjam uang 60juta.!” kata saya kepada pimpinan Baitulmal.

“Beri saya alasan kenapa saya harus memberikan bantuan kepada anda?”katanya

“Kenapa saya bilang bagus, karena kami akan mengelola sendiri bisnis ini, dan kami akan terapkan ilmu2 marketing tingkat dunia meskipun bisnisnya di kampung” sang pemimpin Baitulmal mulai tertarik..

“Anda saya harapkan invest di usaha saya ini dengan sharing profit, dan saya meminta anda ini hanya sekali saja, karena saya memandang anda sebagai lembaga keuangan Islam, kalau anda tidak membantu kami, nanti yang membantu bisnis baju2 muslim saya adalah temen2 saya yang dia non muslim.! Apa anda tidak malu..?” kata-kata ini sangat mujarab, dan hanya dengan proposal sederahana akhirnya ada investor yang ikut memodali kami.

Dari situ bergulirlah investor lain yakni saudara ipar kami. Sebenernya ini adalah investor yang awalnya kami hindari karena kami takut dengan kisah2 persaudaraaan yang tadinya baik menjadi saling menjauh karena masalah utang piutang.

Tapi kami bertekad untuk bertindak profesional, dan utang2 kepada saudara2 inilah justru yang paling saya jaga ketepatan waktunya.

Alhamdulillah tidak terasa perjalanan bisnis kami sudah jalan di bulan keenam, dan ada hal yang sangat melegakan, yakni kami lebaran kemarin sudah berhasil melunasi hutang kami kepada baitulmal dan juga kepada saudara ipar kami, dan yang lebih memuaskan adalah kami bisa memberikan bagi hasil yang nilainya jauh lebih besar dari rate suku bunga pinjamanan dari bank yang termahal sekalipun, tapi kami ikhlash dan seneng...mungkin inilah kelbihan perekonomian dengan model syariah. Legowo pada saat investasinya tidak bagus, dan sangat ikhlash pada saat harus memberikan bagi hasil yang besar...

Secara uang sampai saat ini kami belum mengantongi sepeserpun uang dari usaha, nombok malah iya, tapi kami menaruh banyak harapan untuk masa depan, yang patu kami syukuri adalah kita sudah banyak belajar, sudah banyak ilmu yang kita dapat, banyak temen, punya tempat usaha dll...

Semoga sharing ini menginspirasi anda..

Salam Dahsyat & Fuuntastic

Hadi Kuntoro

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya berusia 26 tahun, wartawan, dan juga aktif di sebuah lembaga pemberdayaan ekonomi rakyat, saya tertarik dengan cerita tentang sepatu itu, saya sangat senang kalau bisa belajar bagaimana menjadi wirausaha dengan memasarkan sepatu yang Bapak maksud, tidak ada yang lebih membanggakan saya bila bapak mau mengajarklan dan membagi ilmu yang Tuhan berikan pada bapak untuk saya dan teman - teman lainnya yang ada di Papua, ini alamat saya : Walhamri Wahid, Kantor IPI - Papua Jalan Youtefa No. 34 Abepura - Jayapura, Telp. (0967) 582921, HP. 081344817606