10 Pertanyaan Paling Menantang Ketika Berubah Menjadi TDA

Tulisan2 salah seorang shohib saya di Bandung ini masuk salah satu TOP TEN referensi saya dalam membangun motivasi dan wawasan saya. Saya sangat salut dengan P.Fauzi Rachmanto ini, meski beliau belum termasuk jajaran kolumnis yang sering muncul di media2 tapi tulisan2nya tidak pernah saya lewatkan untuk saya simpan di memori komputer saya.
Salah satu tulisan "Hebat" nya saya tempelkan di blog saya ini agar anda ikut ter-inspirasi.
Selamat membaca...

Kata orang kami berdua merupakan“pasangan ideal”, karena istri saya pegawai negeri dansaya karyawan bank swasta. Sudah punya karir, punyaanak dua, punya rumah, punya mobil, kurang apa? Begituke tanyakan teman dan keluarga bilang ke saya ketikasaya memutuskan menjadi pengusaha. Paling susah jikaada acara kumpul2 keluarga atau teman. Biasanya munculpertanyaan ataupun pernyataan luar biasa yg rada2susah dijawab. Ada yang sempat saya jawab, ada yangbikin saya speechless. Berikut diantaranya:

1. Kenapa sih jadi pengusaha?
Jawab: Karena terlanjur! Hahaha … Jujur saja, tadinyakarena terlanjur bikin perusahaan, jadi terpaksaserius. Ya begitulah hidup, kadang2 ada saja yangterjadi diluar rencana. Tapi setelah saya renungkan,menjadi pengusaha adalah pilihan hidup saya. Sayatetap menghormati pilihan hidup orang lain. Jadikaryawan juga tidak ada salahnya. Tapi saya pribadipilih jadi pengusaha. Karena hanya dengan menjadipengusaha, saya bisa melakukan banyak hal yang tidakmungkin saya lakukan ketika menjadi karyawan,misalnya:- Memiliki potensi pendapatan yang sangat besar.Sementara kalau terus jadi karyawan, setinggi apapunjabatan saya pendapatan saya terbatas.- Hanya dengan menjadi pengusaha saya dapat memberikankesempatan buat orang lain untuk mencari nafkah diperusahaan saya. Istilahnya, bisa menjadi saluranrizki buat orang lain.- Lebih banyak waktu bersama anak2 dan keluarga saya,sementara pendapatan terus mengalir. Sementara kalaujadi karyawan waktu saya habis tersita untukperusahaan.

2. Bukankah hidup pengusaha itu susah, tidak bahagia?
Jawab: Ya, ada pengusaha yang tidak bahagia. Banyakjuga karyawan yang tidak bahagia. Bahagia sebetulnyakan bukan soal profesi kita apa. Bahagia adalahpilihan hati kita mau bahagia atau tidak. Saya sihpilih bahagia.

3. Tapi kan pusing dan capek mikirin usaha?
Jawab: Ya, memang pusing kalau cuma dipikirin. Makanyausaha tidak untuk dipikirin saja, tapi juga dijalanin.Kalau sudah dijalanin sih pusing nya ilang kok.Diganti sama deg2 an ... hehehe. Dulu sebelum tahuilmu nya saya juga capek. Dulu tidak ada delegasi ketim, jadi semua saya jalanin sendiri. Saya ikutan darimulai jualan, melakukan implementasi, sampai nagih.Caaape’ deeeh. Tapi sekarang dengan delegasi ke tim,alhamdulillah saya bisa lebih rileks.

4. Jadi pengusaha kan bisa bangkrut?
Jawab: Semua ada risiko nya. Jadi pengusaha penuh risiko. Jadi karyawan apalagi. Malah, yang harusnyapaling takut perusahaan bangkrut itu justru parakaryawan. Kalau perusahaan bangkrut, karyawan langsungdipecat. Kalau perusahaan saya bangkrut, belum tentusaya pribadi ikut bangkrut. Lagi pula saya sedangbelajar menciptakan multiple streams of income, supayasumber pendapatan saya tidak hanya dari satu usahasaja.

5. Gak takut banyak saingan?
Jawab: Dulu ya, saya takut saingan. Tapi setelahdijalani ternyata persaingan itu tidak menakutkan samasekali. Malah positif buat kita karena memacu kitauntuk selalu lebih baik. Kalau kita selalu lebih baikdari saingan, tidak ada lagi yang perlu ditakutkan.

6. Jadi karyawan kan lebih tentram?
Jawab: Ya ini kan soal pilihan. Mungkin jaman orangtua kita dulu menjadi karyawan cukup menentramkan darisegi finansial. Tapi dengan laju inflasi, semakinbesarnya biaya sekolah, semakin tingginya biaya hidup,dan sebagainya, kalau saya terus jadi karyawan, justrusaya tidak akan bisa tentram lagi ketika anak2 sayakuliah nanti.

7. Sudah punya karir kok ditinggalkan, apa tidakbersyukur kepada Tuhan?
Jawab: Saya sangat bersyukur atas apa yang Allah telahberikan kepada saya. Bahkan, dengan menjadi pengusahasaya semakin memahami arti bersyukur. Dulu, sayatinggal menunggu tanggal 25 semua beres, menghabiskannya juga enteng saja. Kini, saya semakin dapatmensyukuri setiap rupiah yang saya terima. Betapadibalik setiap rupiah tadi adalah rizki dari yang MahaPenyayang. Lagipula, menjadi pengusaha memungkinkansaya mengembangkan seluruh potensi yang Allah sudahberikan kepada saya. Itulah salah satu cara sayabersyukur.

8. Gak punya darah pengusaha kok jadi pengusaha?
Jawab: Ya, dulu memang kebanyakan pengusahatradisional hanya meneruskan usaha orang tua nya. Makamuncul mitos soal darah pengusaha ini. Kenyataannyasekarang siapapun bisa jadi pengusaha. Karenamengelola usaha itu ternyata ada ilmunya dan bisadipelajari. Saya memang masih belajar, tapi siapapunyg mau belajar insyaAllah pasti bisa.

9. Kenapa gak merangkap saja punya usaha tapi tetapjadi karyawan?
Jawab: Ya. Mungkin saja begitu. Saya juga pernahbegitu. Tapi kok malah tidak maksimal. Usaha tidakberkembang, jadi karyawan juga gak tenang. Mungkinmasalahnya di fokus. Kalau saya bekerja untukperusahaan orang lain, semestinya dedikasi saya 100%untuk perusahaan itu. Dengan “nyambi“, saya kok merasa“selingkuh“ gitu. Itu kalau saya lho, mungkin oranglain tidak.

10. Kok sering dirumah, sebenernya kerjanya apa sih?
Jawab: Hehehe ... begini Oom, memang jaman sekarangsudah maju. Pertama, jasa yang perusahaan saya berikanmemang lebih banyak pakai otak daripada otot, jadisaya bisa menyelesaikan sebagian besar kerjaan sayadimanapun lewat internet. Kedua, sebagian besarkerjaan yang butuh kehadiran fisik sudah sayadelegasikan pada tim saya yang lebih muda dan lebihpinter, dan saya bayar mahal pula. Jadi saya tinggalmemonitor saja. Memang sekarang mungkin aneh, tapi makin lama akan makin banyak orang yang bekerja seperti saya.


http://fauzirachmanto.blogspot.com/

Tidak ada komentar: